1 Mei tahun 1886, sekitar 400.000 buruh di AS mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka. Polisi Amerika kemudian menembaki para demonstran tersebut sehingga ratusan orang tewas dan para pemimpinnnya dihukum mati. Sebelum peristiwa 1 Mei itu, di berbagai negara, juga terjadi pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut perlakukan yang lebih adil dari para pemilik modal. Pada bulan Juli 1889, Kongres Sosialis Dunia yang diselenggarakan di Paris menetapkan peristiwa di AS tanggal 1 Mei itu sebagai hari buruh sedunia dan mengeluarkan resolusi bahwa “Sebuah aksi internasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional Perancis.”
Resolusi ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890, tanggal 1 Mei, yang diistilahkan dengan May Day, diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara, meskipun mendapat tekanan keras dari pemerintah mereka. Indonesia pada tahun 1920 juga mulai memperingati hari Buruh tanggal 1 Mei ini, namun sejak Orde Baru berkuasa, peringatan seperti itu dilarang pemerintah.
Duke Of Wellington Lahir
1 Mei tahun 1769, Arthur Wellesley yang bergelar Duke of Wellington, Perdana Menteri Inggris tahun 1828, terlahir ke dunia. Arthur Wellesley menempuh pendidikan di Eton College Inggris dan akademi militer Perancis. Ia kemudian bergabung dengan angkatan bersenjata Inggris dan terlibat dalam berbagai pertempuran. Wellesley menjadi terkenal atas kemenangannya dalam pertempuran melawan Napoleon di Perang Waterloo tahun 1815. Setelah kemenangan atas Napoleon itu, Jenderal Wellesley pun tinggal di Perancis selama tiga tahun sebagai pemimpin tentara pendudukan koalisi. Tahun 1818, Jenderal Wllesley kembali ke Inggris dan diangkat menjadi menteri. Pada tahun 1827, ia diangkat sebagai Panglima Angkatan bersenjata Inggris. Atas desakan dari Raja George IV, pada tahun 1828 ia dipilih sebagai Perdana Menteri. Namun dua tahun kemudian ia mengundurkan diri karena banyak mendapat penentangan.
Ayatullah Sayyid Hasan Shadr Gugur Syahid
11 Rabiul Awwal tahun 1354 Hijrah, Ayatullah Sayyid Hasan Shadr, seorang ulama terkemuka Islam, meninggal dunia. Beliau berhasil mencapai derajat mujtahid pada usia muda dan masuk ke jajaran ulama terkemuka di hauzah ilmiah Najaf pada masa itu. Ayatullah Hasan Shadr yang terkenal pula dengan nama Shadruddin ini memiliki ilmu yang luas di bidang fiqih, ushul fiqih, teologi, hikmah, hadis, dan lain-lain. Beliau banyak meinggalkan karya-karya penulisan di antaranya berjudul “Ta’sisu-Syiah al-Kiram lifunuunil Islam” dan “Tahsiilul Furu’ ad-Diiniiyah fi Fiqhil Imaamiyah.”
11 Rabiul Awwal tahun 1354 Hijrah, Ayatullah Sayyid Hasan Shadr, seorang ulama terkemuka Islam, meninggal dunia. Beliau berhasil mencapai derajat mujtahid pada usia muda dan masuk ke jajaran ulama terkemuka di hauzah ilmiah Najaf pada masa itu. Ayatullah Hasan Shadr yang terkenal pula dengan nama Shadruddin ini memiliki ilmu yang luas di bidang fiqih, ushul fiqih, teologi, hikmah, hadis, dan lain-lain. Beliau banyak meinggalkan karya-karya penulisan di antaranya berjudul “Ta’sisu-Syiah al-Kiram lifunuunil Islam” dan “Tahsiilul Furu’ ad-Diiniiyah fi Fiqhil Imaamiyah.”